Rendra bukan hanya piawai membuat sajak-sajak pamflet, yang memekik, berteriak, liat, penuh dengan kritik dan protes sosial. Pun, Rendra adalah penyair yang sangat fasih menulis sajak-sajak cinta. Sajak “Kangen”, yang terkumpul dalam “Malam Stanza” dan tercetak dalam “Empat Kumpulan Sajak” (1961), akan sangat mungkin disebut sebagai salah satu sajak cinta Rendra yang aforistik: padat, kuat, tanpa kehilangan puitikanya.
Inilah hasil interpretasi muktimukti atas sajak “Kangen” itu, yang disajikan dalam Konser Musik Cinta MuktiMukti 2010, episode “Mencari Matahari”: sebuah komposisi lagu yang memekik-lirih, seolah ingin menyingkap sepi demi sepi, kesendirian, harap, dan (mungkin juga) luka dalam sajak itu lewat dominannya petikan guzheng, gesekan biola, dan betrikan gitar di tangannya.
“/ …. / Apabila aku dalam kangen dan sepi / itulah berarti / aku tungku tanpa api. //”